Khamis, 2 Jun 2011

SELAYANG PANDANG TENTANG PENEMUAN AGAMAKU MELALUI JALAN YANG SANGAT SEDERHANA




Bismillaahirrahmaanirrahiim




 
SEMOGA TULISAN-TULISAN YANG SEDERHANA 
DI HTTP://ACHEHKARBALA.BLOGSPOT.COM INI BERMANFAAT
 DISISI ALLAH  

BAGI KETURUNANKU DAN ORANG-ORANG BERIMAN
SERTA BERGUNA JUGA BAGI KEMANUSIAAN APAPUN LATAR BELAKANG
AGAMA MEREKA
Hsndwsp
Acheh - Sumatra



Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga kecil di sebuah kampung yang namanya masih saya rahasiakan di Acheh - Sumatra . Orang tua saya bekerja sebagai "tukang jahit" di sebuah kota kecil sekitar 3 kilo meter dari tempat kediaman kami. Orang tua mengantarkan saya ke Sekolah Rendah Islam (SRI) yang belakangan diro bah namanya menjadi Madrasah Ibtidaiah Negri (MIN). Selama 7 tahun hsndwsp kecil berjalan kaki se jauh 3,5 Kilo Meter. Setelah tamat MIN saya dilanjutkan orang tua ke sekolah Pendidikan Guru Agama 6 Tahun (PGAN 6TH), bersepeda sejauh 4,5 Kilo Meter. Setelah itu saya melanjutkan pendidikan ke suatu per guruan tinggi di Banda Acheh (UNSYIAH) jurusan bhs Inggeris. Berhubung orang tua saya termasuk kurang mampu membiayai pendidikan di Perguruan Tinggi tersebut saya berkesempatan mengikuti test Ujian Pendi dikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) berbiaya siswa dan langsung dikirim ke Medan, jalan Mer bau selama satu tahun, Setelah tamat langsung juga menjadi Guru disebuah SLTP di Acheh - Sumatra selama lebih kurang 23 tahun. Selama mengajar di SLTP, saya juga mengajar di Madrasah Aliah Negeri (MAN). Diwaktu sorenya saya juga mengajar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Kebetulan saya juga sempat menyelesaikan pendidikan di University Jabbal Ghafur (UNIGHA), Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) jurusan Bahasa Inggeris. Disamping itu juga di mintakan Tgk Sulaiman Syaikhi Laweueng (Tgk Syik Dayah Paloh Pidie) untuk mengajarkan Ideology Islam di Dayahnya dan juga memperkuat Kursus Pendidikan Kader Dakwah (KPKD) Pidie bersama Tgk Syukri Geulumpang Payong (Menantu Tgk Sulaiman Syaikhi) dan Tgk Zainal Abidin Ali Bambi.

Menjadi Pengikut Ahlulbayt

Saya dilahirkan di lingkungan Sunni dimana orang tua saya juga Sunni. Cara baca Qur-an di ajarkan Ibu sendiri di Rumah (tidak pergi ke tempat khusus). Ketika mulai belajar sejarah Islam di PGAN 6 TH Pidie - Sigli (Tarikh), saya mulai bertanya-tanya kenapa Imam Ali dikucilkan dan banyak para sahabat yang tidak senang kepadanya, sementara realitanya yang saya ketahui Imam Ali benar dan paling setia kepada Rasulullah saww. Sejak itulah saya mulai tertarik untuk mempelajari lebih mendalam sejarah Imam Ali kenapa dibenci oleh kebanyakan para sahabat. Saya mulai mengumpulkan litteratur mengenai Imam Ali termasuk sejarah Fatimah az Zahara, Imam Hassan, Imam Hussein dan juga sejarah pencintai Ahlulbayt yang utama yaitu Abu Dzar Ghifari, Salman al Farisi dan Al Miqdad (sejarah Ahlulbayt dan pencintanya). Walaupun saya masih berstatus pelajar dikala itu, namun yang paling saya utamakan dan paling menarik adalah sejarah para Ahlulbayt. Sampai hendak melanjutkan pendidikan ke perguruan Tinggi di Banda Acheh, saya masih ber tanya-tanya tentang kebenaran yang pasti, apakah Syiah atau Sunnah. Sebabnya dapat dibayangkan sepertinya seluruh Acheh - Sumatra kalau kita tanya pada ahli Agama di Dayah-dayah dapat dipastikan jawabannya bahwa Syiah itu sesat. Itulah sebabnya saya masih saja dalam keadaan bertanya-tamya. Kecuali Syiah agama warisan seperti di Iran, Irak dan sebagainya, sepertinya memang aneh saya belajar menemukan Syiah Imamiah 12 bukan seperti kebanyakan orang melalui perbandingan agama di Perguruan Tinggi di Pulau Jawa, termasuk juga beberapa orang Acheh - Sumatra yang sempat berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.

Sambil berdoa kepada Allah setiap lepas Shalat, saya terus saja mencari literatur-litteratur othentic Syiah. Keyakinan saya baru mantap setelah mendapat info tentang revolusi Islam Iran dibawah pimpinan Imam Khomaini, DR Ali Syariati, Murthada Mutahhari plus 6 Ulawa warasatul ambra lainnya. Saat itu saya mulai belajar Islam bersystem. Ketika saya berkesempatan pergi ke Jakarta, saya beritahukan pada abang saya (Yahya Daud) di kampung Duren, gang al Pukat, Jakarta Barat bahwa saya butuhkan buku litteratur tentang Syiah Imamiah 12. Abang membawa saya ke toko buku terkenal, yaitu Gramadya. Disana saya mendapatkan buku Revolusi Islam Iran karangan Syafiq Basri dan Mas Esa, hasil surveinya langsung ketika mereka berada di Iran. Disana juga saya dapatkan buku 40 Hadist Utama, telaahan Imam Khomaini dan juga buku-buku tulisan orang lain tentang Imam Khomaini. Hati saya tersentak ketika pandangan mata tertuju pada buku karangan DR Ali Syariati. Diantaranya buku Ummah dan Imamah, Cendekiawan Muslim, Patimah is Fatimah, Haji, Abu Dzar Ghifari, Tugas Intelektual Islam, Nestapa Kaum tertindas, Ideology Imam Hussein dan Karbala, Syiah Merah dan masih ada beberapa lagi yang sudah lupa judulnya, kebetulan semuanya tertinggal di Acheh - Sumatra, tidak sempat saya bawa pergi..

Disamping itu juga saya dapatkan di toko Gramadya tersebut buku.buku yang berhubungan dengan Syiah seperti buku Islam Alternativ karangan DR Jalaluddin Rahmat dimana bung Imanuddin Abdul Rahim yang Sunni bertindak sebagai pengantarnya. Wawasan Islam karangan DR Amin Rais juga i kut saya sikat dari toko tersebut. Sepulang dari Jakarta dan sudah mulai bertambah khazanah baru dålam pengetahuan agama Ahlulbayt Rasulullah, saya rasakan sendiri bertambah yakin ketika saya berdiri di mimbar-mimbar Mesjid, baik di Kampung sendiri maupun kawasan lainnya. Lucunya orang banyak belum tau kalau saya sudah menjai pengikut Ahlulbnayt. Mereka menyangka saya adalah pengiku mazhab Sunni aliran ”Muhammaddiah” yang juga di benci kebanyakan orang Acheh - Sumatra kala itu.

Ketika saya mengajar di SLTP banyak Guru yang bolos. Kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk mengajar pelajaran agama. Sebagai guru agama saya berkeyakinan tidak akan mendapat redha Allah tanpa kita ajarkan pemantapan ’Aqidah. Ketika kita hendak memantapkan ’aqidah pastinya termasuk ”apa saja” yang membuat aqidah ternetralisir. Dari itu Ideology yang merusakkan ’Aqidah otomatis menjadi garapan untuk diperjelaskan bagaimana dapat membuat ’Aqidah sirna. Dalam kontek tersebut saya berpedoman dengan Surah al Kahfi, dimana penghuni Gua meninggalkan gemerlap Istana Diklidianus demi menyelamatkan ’Aqidahnya.

Ketika seorang sahabat saya diculik hingga dibunuh tanpa diketahui dimana kuburannya, saya mulai tidak lagi mengajar dan bergabung dengan pejuang selama 6 bulan lebih kurang. Ketika saya rasakan kondisi Acheh - Sumatra tidak memungkinkan lagi untuk berbuat yanng bermanfaat bagi orang sipil macam saya, mulai meninggalkan segala-galanya untuk Hijrah di Bumi Allah ini. Setelah shalat subuh saya berangkat ke Medan untuk hijrah ke Malaysia sebagai Negara pertama saya tujukan..

Di Malaysia saya bertemu dengan beberapa ex murid SLTP dan MAN. Setahun di Malaysia saya diterima UN untuk Hijrah ke Eropa. Keluarga saya minta segera menyusul ke Malaysia. Setahun keluarga bersama saya di Malaysia, kami dikirim UN ke Norwegia.

Di Norwegia saya mendapatkan litteratur yang lebih banyak lagi baik melalui sahabat di Norwegia sendiri maupun melalui Internet. 


bersambung...... insya Allah....

Disini mencoba menampilan experimentasi pemikiran sederhana guna memberi kontribusi atas berbagai masalah keislaman dan kepapuaan guna mencapai kemaslahan bersama atas berbagai masalah sosial politik. Penawaran pemikiran lebih pada perspektif islam, yakni; berdasarkan nilai-nilai utama yang terkandung dalam dan dari sumber Al-Qur'an dan Al-Hadis, dengan intrepretasi lebih bebas sesuai konteks sosial budaya Papua.

Ini penjelasan Wali Negara Acheh - Sumatra, DR Tgk Hasan Muhgammad di Tiro tentang prinsip kemerdeka an sesuai Al Qur-an, sebagai Pedoman Hidup bangsa Islam, Orang Jawa yang dicela wali disini adalah Jawa dalam system despotik Indonesia. Sedangkan orang Islam Jawa diluar system tersebut tidak berbeda dengan orang Islam Acheh dan orang Islam West Papua. Hal ini sesuai firman Allah sendiri, dimana tidak lebih bangsa Arab diatas bangsa Ajam (asing) kecuali disebabkan "Taqwa". Realitanya orang Acheh yang menerima "penipuan" penguasa Indonesia via MoU Helsinki sama despotiknya dengan orang jawa yang bersatupadu dalam system Taghut Despotik Indonesia. Catatan ini diperlukan agar orang Islam Jawa yang baik tidak salah paham. (hsndwsp, Acheh - Sumatra). . . . . . . Ralat: (Yang dimaksudkan Wali Surah an Nisa' ayat 56)